Metode Pembelajaran Audio Lingual
Pengertian Metode Audio-Lingual
This method26 is based on the principles of behavior psychology. It adapted many of the principles and procedures of the Direct Method, in part as a reaction to the lack of speaking skills of the Reading ApproachMetode Audio-Lingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa Inggris secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language.
Dasar dan prosedur pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang telah ada sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Selain itu, tujuan Audio- Lingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu untuk menciptakan kompetensi komunikatif dalam diri siswa.
Sebagaimana diketahui, pengucapan (pronunciation), susunan serta aspekaspek lain antara bahasa asing dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris) para siswa diharuskan mengucapkan dan atau membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.
Pengulangan-pengulangan yang dilakukan lama-kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan (habit). Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa asing (bahasa Inggris), jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa akan secara otomatis dan refleks dapat melakukannya. Sehingga dalam pelaksanaannya, agar usaha tersebut dapat berjalan lancar maka diperlukan memerlukan keseriusan baik dari guru maupun siswa.
Sejarah Metode Audio-Lingual
Teknik Pengajaran yang Digunakan dalam Metode Audio-Lingual
Dalam teknik ini siswa menghafalkan dialog atau percakapan pendek antara dua orang pada awal pelajaran. Dalam praktiknya siswa memerankan satu orang peran dalam dialog, sedangkan guru memerankan tokoh pasangannya. Setelah siswa belajar percakapan atau dialog dari satu tokoh, guru dan siswa berganti peran. Kemudian siswa menghafalkan dialog baru. Cara lainnya yang bisa digunakan adalah dengan membagi siswa menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok memerankan satu peran dan menghafalkan dialog tersebut. Setelah masing-masing kelompok mampu menghafalkan dialog, mereka diminta untuk untuk berganti peran. Setelah seluruh siswa hafal dialog, guru meminta siswa untuk mempraktikkan dialog secara berpasangan di depan kelas.
Drill digunakan ketika siswa mengalami kesulitan dalam menghafalkan dialog panjang. Caranya adalah guru membagi dialog panjang menjadi beberapa potong bagian. Guru pertmama kali memberikan contoh kemudian siswa menirukan bagian kalimat (bisaanya pada frasa akhir).
Siswa diminta untuk menirukan guru seakurat dan secepat mungkin.
Drill ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk duduk melingkar di dalam ruangan, kemudian satu persatu siswa bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru memulai drill ini dengan dengan menyapa atau bertanya pada salah satu siswa. Kemudian siswa tersebut menjawab pertanyaan tadi, kemudian ia bertanya pada teman di sampingnya. Siswa yang ditanya tadi kemudian menjawab dan bertanya lagi kepada teman di sampingnya, begitu seterusnya.
Guru membaca satu baris dari dialog, kemudian siswa mengucapkan satu kata atau kelompok kata. Siswa diminta untuk menirukan dengan cara memasukkan kata atau kelompok kata tersebut secara tepat ke dalam bait dialog tadi.
Drill ini sama dengan drill single slot substitution, tapi lebih luas. Tidak hanya satu bait dialog, akan tetapi satu dialog penuh.
Guru memberi siswa kalimat, kemudian siswa diminta untuk merubah kalimat tersebut menjadi bentuk yang berbeda seperti: interrogatif, negatif, positif, pasif, imperative dan sebagainya.
Guru menggunakan pasangan kata yang berbeda satu bunyi, misal: ship dan sheep. Siswa diminta untuk menemukan perbedaan dua kata tersebut, kemudian berlatih untuk mengucapkan kata tersebut dengan benar.
Beberapa kata dalam sebuah dialog dihapus, kemudian siswa diminta untuk melengkapi dialog tersebut
Game ini mirip dengan game supermarket alphabet, didesain untuk melatih grammar siswa dalam suatu konteks. Dengan begitu siswa bias mengekspresikan dirinya sendiri, walaupun dalam porsi yang terbatas.
Langkah-langkah Pembelajaran dalam Metode Audio-Lingual
- Penyajian teks dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca.
- Peniruan dan penghafalan teks itu secara serentak dan siswa menghafalkannya.
- Penyajian kalimat dilatih dengan pengulangan.
- Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas.
- Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio-Lingual
Metode Audio-Lingual memiliki kelebihan dan juga memiliki kekurangan di sisi lainnya. Adapun kelebihan dari metode ini antara lain adalah:- Audio-Lingual mungkin merupakan teori pengajaran bahasa pertama yang secara terbuka mengklaim terbentuk dari gabungan linguistik dan psikologi.
- Metode Audio-Lingual mencoba membuat pembelajaran bahasa menjadi lebih mudah diakses oleh pembelajar dalam jumlah besar (kelas besar). Hal tersebut menyebabkan partisipasi pembelajar melalui teknik drill dapat dimaksimalkan.
- Secara positif drill dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan oralnya.
- Teknik pengajaran dalam metode Audio-Lingual dengan menggunakan tape recording dan laboratorium bahasa menawarkan latihan kecakapan berbicara dan mendengar yang merupakan hal paling penting dalam pembelajaran bahasa. Pola-pola drill memberikan siswa lebih banyak latihan.
- Metode Audio-Lingual mengembangkan kemampuan berbahasa ke dalam peralatan pedagogig yaitu mendengar (menyimak), membaca dan menulis. Metode Audio-Lingual secara spesifik memperkenalkan desain teknik pendengaran (listening) dan latihan oral (speaking). Hal tersebut menunjukkan kesuksesan dalam mengembangkan pemahaman aural (listening) dan kelancaran berbicara (speaking).
Sedangkan kekurangan dalam metode Audio-Lingual antara lain adalah:
- Teknik yang digunakan dalam metode Audio-Lingual seperti drill, penghafalan, dan lain sebagainya mungkin bisa membuat bahasa menjadi sebuah kelakuan (kebisaaan), tetapi hal tersebut tidak menghaslikan kompetensi yang diharapkan.
- Dengan metode Audio-Lingual mungkin guru akan mengeluhkan tentang banyaknya waktu yang dibutuhkan (lama), dan para siswa akan mengeluh tentang kebosanan yang disebabkan oleh pola drill yang terus-menerus digunakan.
- Peran dan keaktifan guru merupakan hal yang penting dalam metode Audio-Lingual, jadi guru lebih banyak mendominasi kelas.
Adapun menurut Roestiyah kelemahan suatu metode atau teknik pembelajaran yang menggunakan drill adalah sebagai berikut:
- Sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak dapat berubah, karena merupakan cara yang telah dibakukan, maka hal tersebut dapat menghambat bakat dan inisiatif siswa.
- Para siswa tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut pikirannya sendiri.
- Keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/paati, yang akan merupakan kebiasaan kaku/keterampilan yang salah.
- Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik dan tepat; sehingga tidak boleh diubah; mengakibatkan keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/pasti, yang akan merupakan kebiasaan yang kaku; atau keterampilan yang salah.
Sehingga, jika situasi berubah siswa akan sukar sekali menyesuaikan diri atau tidak bisa mengubah caranya latihan untuk mengatasi keadaan yang lain itu. Masih menurut Roestiyah, agar latihan tersebut dapat berhasil, instruktur perlu memilki cara/teknik lain yang menunjang teknik latihan tersebut, sehingga kelemahannya bisa disempurnakan/dilengkapi dengan teknik lain.
Panduan Metode Pembelajaran Audio Lingual UNDUH
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.